Pada tahun 2004, Partai Demokrat memiliki modal parlemen sebesar 7 persen untuk membuat lompatan besar melampaui 2 partai berpengaruh dan besar, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Golkar. Ketika itu, PDIP sedang berkuasa dan Partai Golkar pernah berkuasa untuk waktu yang sangat lama.
Sedangkan 5 tahun berikutnya, di tahun 2009, perolehan suara Demokrat melesat di atas 20 persen. Dengan modal tersebut, SBY mampu memenangkan pemilihan presiden dengan 1 putaran.
Jika partai yang hanya punya modal 7 persen mampu memenangkan Pilpres, maka pasti ada kekuatan figur yang luar biasa populer dan memiliki elektabilitas tinggi. Faktanya, di tahun 2004, popularitas yang merupakan modal dasar SBY, mencapai 33 persen.
Itulah yang tidak dilihat kompetitor politiknya, sehingga menuduh kemenangan SBY terjadi karena kecurangan. Angka 33 persen itu terus meroket sampai di atas 50 persen saat Pilpres 2009. Bahkan, sampai hari ini, di saat masa jabatan SBY akan berakhir angka itu tetap bertahan.
Persoalan internal Partai Demokrat berupa rentetan kasus korupsi yang menjadi santapan media selama 3 tahun terakhir mengakibatkan jatuhnya elektabilitas partai itu pada titik tinggal 6 persen. Ini yang membuat Demokrat disebut oleh para pengamat dan pemimpin partai saingan sebagai partai masa lalu.
Lalu, muncul fenomena yang mencoba meniru jalan SBY di tahun 2004 dengan tools yang canggih, modal besar dan mempesona publik yang kemudian disebut #AkurapopoEffect.
Memang terjadi lompatan atas hasil survei yang di luar dugaan. Joko Widodo, pengusaha mebel itu, mampu menenggelamkan semua tokoh politik yang ada. Publik bahkan tersihir. Sebagian memperlakukan Jokowi seperti nabi. Politik adalah Jokowi.
PDIP tertular dan memperlakukannya khusus. Kader lama berada di pojok-pojok. Pimpinan PDIP, pengamat dan lembaga survei, bahkan Iwan Fals sampai Din Syamsudin pun ikut tersihir.
Tetapi, kekuasaan yang sudah seperti ada dalam genggaman, tiba-tiba lenyap seperti mimpi indah yang tiba-tiba hilang karena terjaga.
Hari ini, kita bisa membedakan apa itu pencitraan dan apa itu kekuatan figur yang lahir karena kerja keras, berkualitas dan penuh keringat.
Terbukti, ada kesalahan menganggap SBY Effect sudah tidak determinan. Politik memang indah. Namun 19 persen yang dikantongi PDIP bisa menjadi oposisi pasca Pilpres nanti.
Andi Arief, Staf Khusus Presiden
© Copyright 2024, All Rights Reserved