Menjelang keberangkatannya ke Amerika, Rabu (26/05) untuk memulai tugas barunya sebagai Managing Director World Bank, Sri Mulyani Indrawati berpamitan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Sebelum berkarir sebagai menteri keuangan, ia memimpin lembaga yang kini di bawah kendali Armida Alisjahbana itu.
"Hari ini saya mohon pamit, apa yang dilakukan lima tahun lalu, jelas pengalaman berharga di Bappenas. Saya memohon maaf karena sebagai manusia melekat di dalamnya kesalahan dan kekurangan. Saya tidak punya niat yang buruk," kata Sri Mulyani dalam acara perpisahan di Kementerian Bappenas itu, di Jakarta, Selasa (25/05).
Sebelumnya, Inspektur Utama Bappenas Bagus Rumbogo memintanya tertawa dan berkeringat saat memberikan sambutan perpisahan itu. "Sesuai nasehat Pak Gesang, prinsipnya 2 G, guyu (tertawa) dan gemberobyos (berkeringat)," kata Bagus disambut tawa hadirin.
Bagus menjelaskan, guyu dan gembeobyos adalah bekerja dengan tetap riang gembira dan berkeringat atau berolahraga selalu untuk menjaga kesehatan. Dengan begitu, kata dia, Sri Mulyani akan tetap sehat, dan bergairah dalam menjalankan tugas-tugas beratnya sehari-hari.
"Jadi, nanti pulang ke negeri kita ini sehat dan tersenyum dan lebih muda 12 tahun," katanya, kembali disambut tawa.
Tidak sampai di situ saja, Bagus juga menambahkan, Sri Mulyani berhak digelari K3. "Kene, Kono Konco, yang artinya dimana-mana teman."
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisjahbana dalam sambutannya, memuji Sri Mulyani dan segala pencapaiannya selama ini. "Saya mengapresiasi kepemimpinan Bu Ani yang sangat terasa."
Menurut Armida, saat mewakili Sri Mulyani dalam forum-forum internasional, seperti Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia, dunia sangat menghargai Indonesia. Itu antara lain juga karena jasa, dan bakti Sri Mulyani. Karena itu, Armida berharap hubungan Bappenas dengan Sri Mulyani semakin akrab.
Ini penting, karena menurut Armina, Bappenas adalah lembaga pemerintah yang erat hubungannya dengan para mitra pembangunan, termasuk Bank Dunia yang akan dipimpin Sri. Dengan adanya salah satu putri terbaik Indonesia di lembaga keuangan internasional itu, diharapkan akan berdampak positif bagi pembangunan, dan perekonomian Indonesia di masa-masa mendatang.
Bertemu Begawan Ekonomi
Muhibah Sri Mulyani sebelumnya juga padat. Menghitung hari-hari keberangkatannya, ia menyempatkan menghadiri sejumlah acara perpisahan yang diselenggarakan berbagai kalangan, dan koleganya di berbagai lembaga. Itu termasuk upacara pelepasannya di Kementerian Keuangan yang penuh uraian air mata haru.
Senin (24/05), Sri juga menyempatkan diri bertemu dengan sejumlah begawan ekonomi Indonesia. Menggunakan Alphard hitam, Sri mendatangi sebuah ruangan di lantai 2 Gedung Bimasena, Hotel Darmawangsa, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan yang berlangsung tertutup itu, Sri diundang oleh para sesepuh ekonom itu sebelum bertolak meninggalkan Tanah Air.
Dalam acara itu Sri Mulyani memang menjadi tamu istimewa. Ketika menjejakkan kakinya di hotel berbintang lima itu, pukul 16.15 WIB, para tamu undangan lainnya, termasuk para seniornya sudah lengkap hadir. Semua menunggu kedatangannya untuk mendengarkan pidatonya, seraya berpamitan.
Setidaknya ada 12 begawan ekonom yang hadir dalam acara itu, Salah satunya, Widjojo Nitisastro, 83. Ekonom dari Universitas Indonesia itu, tulang punggung ekonomi Orde Baru. Bergelar PhD dari Universitas California Berkeley AS, Widjojo menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional pada 1971-1973. Karirnya meningkat sebagai Menteri Koordinator Perekonomian dan Industri, sekaligus Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sepanjang 10 tahun berikutnya, 1973-1983.
Sosok yang tak kalah seniornya, Ali Wardhana, 82. Mantan Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itulah pengganti Widjojo Nitisastro di kursi Menteri Koordinator Ekonomi dan Industri dan Pengawasan Pembangunan (1983-1988).
Rencananya, Sri Mulyani dan keluarga akan meninggalkan Indonesia, untuk memenuhi penunjukan dirinya sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia. Ia mengundurkan diri dari posisi Menteri Keuangan untuk menerima tawaran dengan gaji sekitar Rp140 miliar per tahun, ditambah berbagai fasilitas, dan bonus, serta masa cuti 26 hari per tahun itu.
Sejumlah pengamat menilai kepergian Sri Mulyani itu sebagai solusi terbaik atas kasus politik yang menimpanya. Seperti kita tahu, Sri Mulyani dalam kapasitasnya sebagai bekas Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan, bersama Boediono, mantan Gubernur Bank Indonesia, dan kini Wapres RI, serta sejumlah pejabat lainnya, dipersalahkan dalam kasus bailout Rp6,7 triliun untuk Bank Century.
Atas "kesalahan" itu rapat paripurna DPR merekomendasikan aparat hukum untuk menyidik Sri Mulyani, dan Boediono, serta pejabat lainnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah memeriksa Sri Mulyani dan Boediono, meski status hukumnya belum jelas, baik sebagai saksi, apalagi tersangka. Keduanya hanya pernah diminta keterangan dalam kasus itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved