Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan, selama 10 tahun ini, ia berusaha menjaga jarak dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Ia khawatir pertemuannya dengan KPU atau Bawaslu bakal menimbulkan kecurigaan dan mendatangkan fitnah.
Hal itu disampaikan Presiden SBY saat membuka Rapat Pimpinan dalam rangka Evaluasi dan Pelaporan Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014 yang diselenggarakan KPU, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (14/10) pagi.
SBY mengatakan, dalam pemilu 2014 kemarin, ia sudah tidak bisa mencalonkan diri lagi. Jadi, tidak perlu ada kecurigaan apapun jika sekarang dirinya secara resmi membuka Rapat Pimpinan ini.
“Kalau saya masih nyapres lagi, nanti (muncul pemikiran; red) pasti ini SBY mau menggalang KPU dan ada apa-apa.Oleh karena itu, 10 tahun saya jadi Presiden, saya menjaga jarak dengan KPU dan Bawaslu. Takut fitnah," ujar SBY.
Acara pembukaan Rapim dihadiri Ketua KPU Husni Kamil Manik dan para komisioner KPU serta pimpinan KPUD seluruh Indonesia. Hadir pula pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) pusat dan daerah.
Rapim, menurut Ketua KPU Husni Kamil Manik, ditujukan untuk membangun pemahaman yang sama dan sinergi penyelenggara pemilu tingkat pusat dan daerah dalam memahami dan mengevaluasi penyelenggara pemilu 2014. "Suksesnya penyelanggaraan pemilu anggota DPR/DPD/DPRD dan pilpres tahun 2014 berdasarkan asas langsung, umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil. Tentunya penyelenggaraan ini tidak lepas dari dukungan yang diberikan bapak Presiden," ujar Husni.
SBY sendiri, atas nama negara, pemerintah, dan pribadi merasa wajib mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas kegigihan dan kerja keras penyelenggara pemilu 2014. Pada kesempatan ini, SBY juga mengajak untuk bersyukur kepada Tuhan dan rakyat Indonesia karena pemilu 2014 tercatat sebagai pemilu yang damai dan demokratis.
Pemilu Indonesia, lanjut Presiden SBY, merupakan pemilu yang besar dan kompleks. "Oleh karena itu di tangan KPU dan Bawaslu yang profesional, mandiri, kredibel dan segala sesuatu dilaksanakan transparan, maka pemilu yang kompleks dan besar ini dapat dilaksanakan dengan baik," kata SBY.
Presiden juga mengingatkan agar rakyat terus berpartisipasi dalam pemilu. "Daripada terlalu banyak ngomel dan marah, lebih baik ikut memilih. Pilih yang paling baik.”
Dengan Rapim ini, SBY berharap penyelenggaraan pemilu ke depan lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat. KPU dan KPUD juuga diharapkan membangun sistem yang memungkinkan rakyat mengenal calon pemimpinnya.
“Ini masukan kepada KPU dan KPUD, khusus untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, agar rakyat dalam memilih pemimipin yang dikehendaki bisa lebih rasional dan tidak terlalu emosional, maka sistem pengenalan calon kepada masyarakat harus lebih baik lagi," ujar Presiden.
Selain lebih mengenalkan profil, debat capres-cawapres juga harus makin baik sehingga rakyat tertarik mendengarkan debat tersebut.
Sistem pilkada langsung dengan sejumlah perbaikan dimaksudkan SBY untuk memberi ruang kepada rakyat agar lebih mengenali dan memilih pemimpinnya. "Apalagi tingkat kabupaten/kota, mestinya lebih tahu siapa yang tepat memimpin dengan catatan calon-calon juga memenuhi syarat,"tandas SBY.
© Copyright 2024, All Rights Reserved