Mantan Juru Bicara (Jubir) Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Adhie Massardi, merasa prihatin dengan nasib yg dialami Akademisi Kritis Ubedilah Badrun yang dicopot dari jabatan Koordinator Program Studi di Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Sebelumnya, Ubedilah Badrun pernah melaporkan dugaan KKN dan TPPU keluarga Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Adhie mengaku prihatin terkait betapa besarnya pengaruh Jokowi dalam proses bernegara saat ini.
“KPK SERANG balik UBED ??@KPK_RI yg masih dikendalikan bekas presiden Joko Widodo sukses intervensi UNJ utk nyopot Ubed yg laporkan anak2 Widodo. Caranya? Dng bilang se-olah2 yg dilaporkan sumir, dipetieskan agar terkesan tdak akademis, bikin malu kampus UNJ. ? WEDUS eh modus!” tulis Adhie dalam akun media X pribadinya, Jumat (31/1/2025).
Adhie juga turut melampirkan beberapa link berita atau artikel terkait kiprah Ubedilah Badrun dalam melaporkan Jokowi dan pencopotan dirinya sebagai koordinator program di UNJ.
Menurut Adhie, Ubedilah adalah akademisi yang lurus dan peduli terhadap nasib NKRI.
Adhie membandingkan dengan banyak akademisi saat ini yang lebih memprioritaskan proyek lewat proposal ketimbangmengritisi masalah bangsa.
“the REAL INTELECTUAL ?? ini @UbedilahB satu dr sedikit intelektual NKRI sisanya akademisi. INTELEKTUAL itu OTAK dekat HATI pikirannya dituntun nurani. AKADEMISI otak dekat perut pikiran dituntun proposal. ? Jk @KPK_RI respon laporan UBEDILAH BADRUN kelak dia layak jadi rektor!” tulis Adhie Massardi.
Sebelumnya, Kamis (30/1/2025), Ubedilah menyatakan rektor memiliki dominasi terhadap penentuan kepala departemen atau koordinator program di kampus.
Terhitung sejak menjadi PTNBH maka otoritas Rektor begitu power full.
Melalui Peraturan Rektor No.1/2025 Rektor UNJ memiliki otoritas penuh, Dekan bisa mengajukan tetapi Rektorlah yang memutuskan.
Berdasarkan Pasal 6, Peraturan Rektor tersebut disebutkan bahwa pengangkatan kepala departemen atau koordinator program studi bersifat penugasan oleh Rektor.
"Proses semacam ini sesungguhnya rawan nepotisme, rawan like and dislike dan sekaligus rawan pembungkaman," pungkas Ubedilah. []
© Copyright 2025, All Rights Reserved