Cengkeraman asing, asong dan aseng terhadap berbagai sendi perekonomian Indonesia kini semakin kuat. Termasuk pengaruh mereka terhadap rencana Pemerintahan Jokowi-JK yang akan segera menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Desmond Junaidi Mahesa dalam pidato politiknya sebagai Ketua Majelis Jaringan akitivis prodemokrasi (Prodem) periode 2014-2015 di Jakarta, Senin (10/11) malam menyebut, Indonesia saat ini nyaris sudah tidak bisa berbuat apa-apa dalam mengolah sumber daya alam (SDA) karena besarnya penguasaan asing di sektor pertambangan batubara, emas, dan minyak bumi.
Sekitar 40 juta hektar hutan dan lahan kini dikuasai investor asing. Sebagian diantaranya kini sudah menjadi perkebunan kelapa sawit. Selain itu, asing juga menguasai 60 persen industri strategis Indonesia seperti perbankan, telekomunikasi, elektronika, asuransi, dan pasar modal.
Desmond dikukuhkan sebagai Ketua Majelis Prodem yang baru menggantikan Ruswandi itu mengatakan, jika Pemerintahan Jokowi benar-benar menaikkan harga BBM, dalam waktu yang tidak terlalu lama, asing akan kembali menguasai minyak di sektor hilir.
Jika selama ini mereka menguasai sektor hulu, maka dengan naiknya harga BBM, SPBU-SPBU milik perusahaan asing akan menjadi lebih laku karena disparitas harga dengan SPBU Pertamina sudah tidak besar lagi.
Anggota DPR dari Partai Gerindra ini khawatir, tren penguasaan asing akan semakin meningkat seiring dengan pemberlakuan tatanan ekonomi global yang akan menghilangkan sekat-sekat antar bangsa.
Sepintas, masuknya investor asing ke Indonesia akan menguntungkan karena membawa modal, teknologi, dan menyerap tenaga kerja. Tapi, jika tidak hati-hati dan waspada, kehadiran investor asing yang tidak terkendali akan menyingkirkan pengusaha lokal skala kecil dan menengah, termasuk di bidang waralaba makanan, minuman, dan kebutuhan rumah tangga.
Bahaya yang lebih besar, ujar dia, kekuatan asing itu bukan hanya akan mengendalikan sektor ekonomi, tetapi juga dapat mengendalikan rezim yang berkuasa, serta mengendalikan regulasi sampai kepada kebijakan tingkat mikro.
Desmon menyebut, dengan mudahnya kekuatan asing menancapkan kuku dalam berbagai sektor di Indonesia, tak lepas dari dukungan kelompok aseng dan asong.
Dengan mengutip istilah yang diintrodusir Kwik Kian Gie saat mengkritik mega skandal BLBI, Desmond menyebut makna aseng tertuju kepada pengusaha keturunan yang terlibat mafia bisnis di sekitar kekuasaan sehingga sering disebut juga sebagai konglomerat hitam.
Sedangkan asong, mengandung makna mereka yang mengasong negeri ini, bagaikan tukang asongan yang menjual negara ini dengan proposal bisnis, proposal politik, dan proposal lainnya untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Asong bisa berbentuk penguasa yang jadi boneka, birokrat yang memperlancar kepentingan asing, bisa juga intelektual, LSM, atau oknum tentara yang pro pemodal sekalipun harus melawan kepentingan rakyat.
Desmond mengajak para aktivis prodemokrasi untuk bersatu melawan kolaborasi asong, aseng, dan asing yang nyata-nyata melemahkan kedaulatan bangsa di berbagai bidang.
Termasuk mengkritisi para pejabat negeri ini yang cenderung mempraktikkan mahzab neoliberal dan lebih suka mengimpor barang dari luar negeri daripada bersusah-susah memproduksi sendiri, sehingga beras dan produk pertanian pun harus impor.
© Copyright 2024, All Rights Reserved