Impor hortikultura dari China dan negara lainnya ke Indonesia harus mendapatkan perhatian serius kementerian perdagangan dan kementerian pertanian.Kedua kementerian itu seharusnya bisa duduk bersama dan membahas hal ini dengan berfikir jauh kedepan mengenai keunggulan komparatif dan kompetitif sektor pertanian.
Demikian pernyataan yan dilontarkan Wakil Ketua Komisi IV DPR, Herman Khaeron, saat mengomentari semakin derasnya komoditi pertanian negara asing menyerbu pasar dalam negeri.
“Setelah para petani kentang, kini petani bawang merasakan kencangnya tekanan impor sehingga hasil panen mereka jatuh dan tidak dapat menikmati harga yang ekonomis. Kami meminta kementerian pertanian dan kementerian perdagangan duduk bersama membahas hal ini dan berfikir jauh ke depan bahwa keunggulan komparatif dan kompetitif kita adalah sektor pertanian karena negara kita agraris,” ujar Herman ketika dihubungi Rabu (07/11).
Oleh karena itu menurut Herman tentunya membangun pertanian dan kesejahteraan petani lebih penting ketimbang hanya menjaga sistem perekonomian yang basisnya perdagangan. UU hortikultura no 13 tahun 2010 sudah dengan sangat jelas melindungi petani hortikultura dalam negeri dan membatasi impor dengan mengatur tarif bea masuk agar hasil petani hortikultura kompetitif.
“Pemerintah juga harus membantu dalam hal promosi dan pemasaran. Nilai tukar petani harus ditingkatkan melalui sistem tata niaga yang berpihak pada petani.Di beberapa negara seperti New Zealand, Jepang dan India, sektor pertaniannya mendapatkan perhatian khusus, baik melalui regulasi maupun subsidi. Sebagai contoh di jepang untuk beras bea impornya dikenakan 700 persen. Di india diberikan subsidi produksi, dan di new zealand assosiasi petani dilibatkan dalam penentuan kebijakan pemerintahnya,” tegasnya.
Negara-negara maju di bidang teknologi pun menurut Herman tetap melindungi para petaninya. Hal ini karena pemikiran meskipun ekspor mereka adalah produk-produk berteknologi tinggi dan berharga mahal, namun harus tetap melindungi sektor pertanian mereka. Dirinya pun mencontohkan Jerman itu, yang meski ekspornya utama adalah produk berteknologi yang tinggi, tapi sektor pertanian tidak mereka tinggalkan.
“Petani mereka bahkan disubsidi agar tetap mau bertani dan tidak hanya mencari keuntungan dengan melakukan hal lain yang menguntungkan. Ini karena mereka berpikir bahwa sektor pertanian adalah hal penting, kalau mereka lepaskan pangan mereka pada produk import meskipun lebih murah, tapi kalau terjadi sesuatu sehingga mereka tidak bisa mengimpor makananan lagi, kan rakyatnya tetap harus makan. Makanya negara-negara maju meski secara ekonomis tidak menguntungkan tetap memproteksi produk pertanian mereka,” tandasnya.
© Copyright 2025, All Rights Reserved