Para Geolog dari Tim Terpadu Riset mandiri kembali melakukan pemindaian di situs Gunung Padang, di Desa Karyamukti, Kecamatan Cempaka, Cianjur Jawa Barat dengan georadar dan geolistrik. Pemindaian kali ini untuk mengungkap keberadaan sebuah anomali, berupa konstruksi teratur yang diduga berupa chamber dari peradaban yang berbeda.
Demikian dikemukakan Erick Rizky, Koordinator Tim Terpadu Riset Mandiri dalam perbincangannya dengan politikindonesia.com, Jumat pagi (22/06). Pemindaian yang dilakukan Kamis kemarin, untuk mengetahui lebih dalam anomali berupa konstruksi teratur dari peradaban yang berbeda.
Erick mengatakan, tim Geologi yang dipimpin Geolog LIPI, Danny Hilman Natawijaya itu pada bulan lalu telah melakukan pemindaian pertama di sebelah timur, sejajar dengan teras kelima dalam kondisi vertikal. “Dari hasil pemindaian pertama pada bulan lalu ditemukan ada struktur ruang dan di bagian dalam yang membentuk sudut lancip," ujar dia.
Erick menyebut, hasil pemindaian tersebut, ditemukan susunan batu bersudut pada kedalaman 8 hingga 15 meter. Temuan ini menjadi tanda tanya besar bagi tim geolog untuk melakukan penelitian lanjutan.
Nah, pemindaian yang dilakukan Kamis kemarin, adalah untuk mencari kepastian luasan dari anomali yang berada di dalam situs Gunung Padang tersebut. Tim georadar yang dibantu 10 warga setempat melakukan pemindaian sejak pukul 15.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB. Pemindaian dilakukan di tebing bagian timur dengan ketinggian sekitar 10 meter dari permukaan Gunung Padang dengan kecuraman sekitar 70 drajat.
Pemindaian dilakukan secara vertikal dan horisontal. Titik pemindaian kali ini bergeser sekitar 10 meter dari lokasi pemindaian pertama. Pemindaian kali ini, meliputi area yang lebih luas, terutama jarak horisontalnya yang memanjang dari teras kelima hingga teras kedua.
Hal ini untuk membuktikan berbagai teori dan persepsi yang berkembang, terkait perdebatan adanya ruang kosong di dalam bagaian konstruksi yang ada saat ini. Erick menyebut, keberadaan ruang kosong atau chamber tersebut sudah diperkirakan sejak lama.
Dalam resume hasil penelitian 7 Februari 2012 lalu, keberadaan ruang kosong itu juga telah diungkap. Survei geolistrik 3-D di atas situs sampai kedalaman 25 meteran, berhasil mengiluminasi struktur di bawah situs dengan baik. Salah satu hasil yang mengejutkan adalah kenampakan 3 struktur yang “very-high resistivity” (lebih dari 50.000 ohm.m) di bawah situs. Dengan nilai resistivitas setinggi ini, ada dugaan struktur yang sangat solid/pejal itu merupakan ruang (Chamber). Memang, dihubungkan dengan struktur disekitarnya, yang paling mungkin adalah ruang kosong atau chamber. Dimensi chamber tersebut kelihatannya sangat besar. Ada satu yang luasnya mencapai 10x10x10 meter.
Sedangkan, hasil survei geomagnet memperlihatkan ada anomaly magnetic yang tinggi di beberapa lokasi. Salah satunya yang besar terletak persis disamping struktur yang diduga chamber besar. Anomali magnetic tinggi bisa berasosiasi dengan timbunan barang-barang terbuat dari bahan metal/logam.
Ruang kosong itu berisi pasir selain struktur bebatuan yang mempunyai jenis sama. akan tetapi, jenis pasir masih dalam penelitian dan belum bisa ditentukan. Asumsi sementara, pasir tersebut berasal dari sungai yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi gunung pada saat ini. Pasir-pasir itu, tidak mungkin bisa begitu saja tiba ke dalam bangunan. Pasti ada proses pembangunan yang mengangkut pasir-pasir tersebut karena tidak mungkin akibat proses alami.
Kata Erick, pada hari ini, Tim Geologi akan kembali melakukan pemindaian lanjutan. Hasil pemindaian selama 2 hari tersebut nantinya akan diteruskan oleh tim arkeologi untuk memperkuat pembuktian keberadaan chamber yang terpendam dalam situs megalitikum terbesar di Asia Tenggara tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved