Seorang pejabat pemerintah Amerika Serikat tewas, sedangkan beberapa orang lainnya menderita luka-luka, setelah massa yang sebagian bersenjata memprotes peluncuran film “anti-Islam” di depan Gedung Konsulat Amerika Serikat (AS) untuk Libya di Benghazi, Libya Timur pada Selasa malam (11/09). Gedung Konsulat pun dibakar oleh massa demonstran.
“Seorang staf konsulat warga negara AS dipastikan tewas dan beberapa orang lainnya terluka akibat bentrokan. Kami belum memperoleh informasi jumlah pasti mereka yang terluka,” terang juru bicara Komite Keamanan Tertinggi Libya, Abdel Monem al Hurr.
Bentrokan pecah setelah sekelompok orang menggelar demonstrasi memprotes film anti-Islam yang dibuat di AS melakukan penyerangan ke Gedung Konsulat tersebut. Sementara itu, pasukan keamanan berusaha mengamankan lokasi dan akhirnya bentrokan tidak dapat terhindarkan. Dalam bentrokan itu, granat dari roket juga ditembakkan ke gedung tersebut.
Hingga kini, para staff dan diplomat AS untuk Libya telah dievakuasi. Wakil Menteri Dalam Negeri Libya, Wanis al-sharef mengatakan diplomat AS telah dievakuasi untuk menjamin keselamatan mereka.
Kementerian Luar Negeri AS membenarkan telah terjadi serangan terhadap kantor konsulatnya di Benghazi. “Kami bisa memastikan bahwa kantor kami di Benghazi telah diserang oleh sekelompok massa,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Victoria Nuland.
Pemerintah AS, lanjut Nuland, mengutuk keras serangan itu dan kini bersama pemerintah Libya tengah berupaya mengamankan lokasi.
Aksi unjuk rasa yang diwarnai kekerasan itu dipicu sebuah video yang diproduksi seorang warga Mesir anti-Islam yang kini tinggal di AS. Video itu, menurut para pengunjuk rasa, telah melecehkan agama Islam dan Nabi Muhammad. Di Kairo, Mesir, para pengunjuk rasa bahkan memanjat tembok kedutaan besar, menyobek dan kemudian membakar bendera AS.
Protes-protes tersebut muncul setelah beberapa media Mesir melaporkan tentang film itu. Ulama Al-Azhar menyerukan kecaman dan pembatalan trial film yang diselenggarakan oleh sebuah kelompok AS termasuk Terry Jones, seorang pendeta Kristen yang memicu kerusuhan di Afghanistan pada tahun 2010 karena mengancam untuk membakar Quran.
Media Mesir mengatakan film tersebut diproduksi di Amerika Serikat oleh sebuah kelompok anti-Islam. Klip-klip dalam film tersebut, menggambarkan Nabi Muhammad sebagai penipu, menunjukkan dia berhubungan seks dan menyerukan pembantaian. Umat Muslim menganggap menggambarkan Nabi Muhammad dengan cara apapun adalah sebuah serangan terhadap Islam, apalagi dengan cara menghina seperti itu.
© Copyright 2024, All Rights Reserved