Ini salah satu bentuk masyarakat Indonesia peduli penderitaan Palestina. Belasan unsur masyarakat sipil membentuk Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina. Institusi ini merupakan sinergi kepedulian lembaga kemanusiaan dalam menyuarakan perjuangan bagi rakyat dan bangsa Palestina yang dizalimi Israel.
Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad mengungkapkan hal tersebut saat dihubungi wartawan, Kamis (17/06).
Sarbini mengungkapkan, Aliansi Masyarakat Indonsia Untuk Palestina terbentuk dalam rapat yang dipusatkan di kantor `Medical Emergency Rescue Committee`(MER-C) Indonesia. Rapat dihadiri belasan organisasi dan elemen sipil. Selain MER-C, elemen lain yang tergabung, Yayasan Al Fatah, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Voice of Palestine (VoP), Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Dompet Dhuafa, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).
Juga ada Taruna Muslim, Yayasan Rahmatan Lilalamin, "Spirit of Aqsa", organisasi Hilal Ahmar, Forum Umat Islam (FUI), Gerakan Reformasi Islam (Garis), Sahabat Al Aqsa, dan KISPA (Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina).
Dalam pertemuan Rabu (16/06) malam itu, seluruh elemen aliansi itu mendapatkan laporan dan informasi terakhir terkait Palestina dari dr Joserizal Jurnalis. Anggota Presidium MER-C ini baru pulang dari kunjungannya ke Teheran, Iran, 9-14 Juni 2010. Joserizal Jurnalis berada di Teheran untuk berkoordinasi dengan pihak terkait di negara itu mengenai rencana Iran mengirim kapal bantuan ke Gaza.
Dalam kesempatan itu, kata Sarbini, Joserizal menguraikan tiga dimensi dalam pembebasan Palestina, yakni religius, politik, dan kemanusiaan. "Apa pun yang bisa kita lakukan untuk menolong rakyat Palestina bisa dikerjakan secara bersama dengan berbagai elemen, sehingga akan lebih mudah dan solid."
Yang paling krusial saat ini adalah bagaimana menembus blokade di wilayah Gaza, karena untuk Tepi Barat masih bisa dimasuki untuk misi kemanusiaan. Gaza secara `de jure` adalah kawasan merdeka, namun secara `de facto` diblokade. Blokade atas Gaza, terlebih setelah tragedi penyerangan tentara komando Israel atas Kapal Mavi Marmara untuk misi kemanusiaan, 31 Mei 2010, isu kemanusiaan utama di dunia.
Karena itu, kata Sarbini, saat ini adalah pergerakan untuk membuka blokade supaya bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza. Pembukaan blokade ini harus disuarakan terus menerus, agar terus menarik perhatian dunia.
Dalam pandangan Joserizal, yang harus dilakukan guna menyuarakan isu kemanusiaan dunia itu, melakukan pelayaran lagi, yang direncakanan sekurangnya akan ada misi dari Turki, Iran, dan juga dari Indonesia. Ia mengusulkan kalau bisa misi pelayaran dari Indonesia dapat dikawal TNI Angkatan Laut (AL). "Kalau pun tidak dikawal TNI-AL, kita tetap akan berlayar."
MER-C dan VoP baru saja kembali dari Teheran, Iran. Joserizal mengaku bertemu dengan `Red Crescent` (Bulan Sabit Merah) Iran untuk berkoordinasi masalah pelayaran yang akan dilakukan oleh Iran. Rencananya, kata dia, pelayaran dari Indonesia dengan membeli kapal sendiri, kemudian akan mengikutsertakan berbagai elemen untuk kampanye terus-menerus.
Informasi terakhir menyebutkan, akhir Juni 2010 akan ada kunjungan kerja Komisi I DPR-RI ke Mesir dan Palestina.
Persoalan lainnya, selain blokade adalah pendirian Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza. Rumah sakit ini wujud kepedulian masyarakat Indonesia untuk Palestina. Sudah ada tanah waqaf 1 hektare dari 4 hektare yang disediakan. Dana dari publik untuk RS sudah berjumlah Rp13 miliar. Diyakini sumbangan akan terus bertambah, karena kampanye tentang itu terus dilakukan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved