Muhammad Nazaruddin, terdakwa kasus suap proyek wisma atlet SEA Games Palembang, kembali melancarkan sejumlah tudingan terhadap sejumlah mantan koleganya di Partai Demokrat dalam proyek Hambalang. Eksepsi atau nota keberatan yang disampaikannya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor), justru lebih banyak berupa tudingan, daripada pembelaannya terhadap kasus suap yang didakwakan.
Meski menjadi salah seorang yang dituding Nazaruddin, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum enggan mengomentari. Baginya, tudingan soal dirinya mengatur pemenangan proyek Hambalang serta adanya uang Rp50 Milliar dari PT Adhi Karya untuk pemenangan ketua umum saat Kongres di Bandung hanya pengulangan-pengulangan dari tudingan Nazaruddin sebelumnya.
Anas mengatakan, Nazaruddin berdusta. “Itu hanya mengulang-ulang cerita karangan bin dusta saja. Saya tidak berminat untuk menanggapinya," ujar Anas kepada pers, Rabu (07/12).
Kata Anas lagi, lebih baik ia berkonsentrasi untuk konsolidasi Partai Demokrat menjelang Pemilu 2014 ketimbang harus menanggapi ocehan mantan Bendahara Umumnya itu. “Lebih bermanfaat mengurus konsolidasi partai," jelasnya.
Seperti diketahui, Nazaruddin tak berhenti menyerang Anas. Nazaruddin menumpahkan kemarahannya terhadap orang-orang yang selama ini dianggapnya terlibat, namun tak disentuh oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Dalam nota keberatan pribadinya di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Rabu (07/12), Nazaruddin menyebut dana pemenangan Anas sebagai Ketua Umum Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, bersumber dari PT Adhi Karya.
“Saya mendengar perintah Bapak Anas Urbaningrum kepada Bapak Mahfud Suroso agar PT Adhi Karya menyerahkan uang Rp50 miliar kepada saudari Yulianis untuk dibawa ke Bandung dalam rangka Kongres Partai Demokrat," ujarnya membacakan eksepsi pribadi.
Kata Nazaruddin, yang memutuskan PT Adhi Karya pemenang proyek Hambalang adalah Anas. Anas tidak memenangkan PT Duta Graha Indah karena PT DGI tak dapat membantu dana Kongres Demokrat sekitar Rp100 miliar. “PT DGI tidak dapat membantu Kongres Demokrat yang membutuhkan dana Rp100 miliar. Yang sanggup memenuhi permintaan itu adalah PT Adhi Karya," ujar Nazaruddin.
Kepada Majelis Hakimm Nazaruddin meminta agar meminta keterangan Anas dan Yulianis. Nazaruddin bersikukuh tidak tahu menahu proyek wisma atlet karena tak dilibatkan Anas. Kata Nazaruddin, yang terlibat di sini adalah Angelina Sondakh, Nirwan Amir, Andi Mallarangeng, Yulianis, dan Mindo Rosalina Manulang.
© Copyright 2025, All Rights Reserved