Hembusan untuk menggelar muktamar luar biasa di tubuh Nahdlatul Ulama makin kencang. Hal tersebut dilakukan oleh sejumlah orang yang menyebut diri sebagai Presidium Penyelamat Organisasi dan Muktamar Luar Biasa NU (PO & MLB NU).
Mereka terus berusaha menggoyang kepemimpinan Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Pengamat politik Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi Kusman, menilai gejolak di tubuh PBNU ini merupakan sisa ketegangan Muktamar ke-34. Menurutnya, konflik kubu Yahya dengan Said Aqil Siradj (SAS) belum usai.
Airlangga melihat ketegangan dipengaruhi oleh friksi PBNU dengan PKB beberapa waktu lalu. Ada sebagian tokoh PBNU yang masih memiliki kedekatan dengan PKB dan Muhaimin Iskandar.
Sisa-sisa konflik itu berpadu dengan dinamika internal PBNU. Yahya pernah memecat sejumlah tokoh NU, termasuk Marzuki Mustamar yang punya basis massa di Jawa Timur.
Selain faktor yang menjadi latar belakanga tersebut, ada pula faktor Pilpres 2024. Airlangga mengatakan Yahya dan sejumlah kiai berbeda pilihan di pilpres lalu.
"Sebagian kubu SAS di Pilpres kan cenderung ke Anies-Muhaimin, sementara kelihatan ataupun tidak kelihatan, kubu PBNU itu ke Prabowo. Ini kemudian konflik berkembang seiring dengan eskalasi politik yang terus naik," kata Airlangga, dikutip Rabu (18/12/2024).
Menurutnya, ada beragam pertarungan kekuatan yang terjadi saat ini di sekitar PBNU. Terlebih lagi, Muhaimin sudah punya posisi yang cukup tinggi di pemerintahan Prabowo.
"Dalam konteks keseimbangan power yang sama-sama kuat dan juga kemudian gesekan politik, konflik, keseluruhan konflik itu masih berlangsung, maka kemudian mengarah pada poin yang seperti yang sekarang sedang berlangsung," ujarnya.
Airlangga menilai memang gejolak internal di PBNU sudah terjadi sejak era Gus Dur. Namun, selama ini ketegangan hanya terjadi di muktamar yang dilaksanakan berkala.
“Baru kali ini gejolak menimbulkan wacana muktamar luar biasa,” pungkasnya.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved