Pemuda dan mahasiswa saat ini kurang menghayati 4 pilar bangsa dengan baik. Para pemuda mungkin telah mengenalnya, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi, mereka belum menghayati sepenuhnya.
Pendapat itu dikemukakan oleh Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat Siti Fadilah Supari saat menjadi pembicara dalam Kuliah Umum di Fakultas Hukum, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Rabu (07/12). “Mereka mungkin sudah mengenal, tapi menghayatinya belum sepenuhnya.”
Pemuda adalah calon pemimpin bangsa di masa depat. Oleh karena itu, pemuda dan mahasiswa diharapkan dapat mengetahui, menghayati, dan mengamalkan 4 pilar itu dengan sebaik-baiknya. “Jadi tidak dihafalkan, tapi betul-betul bisa mengekspresikan 4 pilar itu di dalam hidupnya," jelas Siti.
Siti mengatakan, era reformasi pada esensinya merupakan pemantapan dari era Soeharto. Akan tetapi, dalam perjalanannya, era reformasi ini terjadi perubahan yang mendasar dari UUD 1945 karena mengalami amendemen hingga 4 kali.
Banyak kepentingan rakyat yang tersingkir. Bahkan, nasionalisme dan patriotisme terkikis serta pembangunan menjadi sangat pragmatis. “Pembangunan bangsa yang tidak konsisten dengan 4 pilar bangsa tersebut akan menimbulkan konflik dan semakin menjauhkan dari cita-cita bangsa ketika memproklamasikan kemerdekaan," katanya.
Disinilah peran pemuda sebagai generasi masa depan. Mereka harus mengetahui, menghayati, dan meyakini cita-cita bangsa ini yang ingin merdeka dan perlu membentuk negara Indonesia. Pemuda harus peka bilamana pengelola negara melenceng dari koridor cita-cita bangsa tersebut, termasuk peka terhadap penyalahgunaan wewenang.
© Copyright 2025, All Rights Reserved