Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyatakan salah satu faktor mendasar penyebab korupsi di Indonesia adalah pikiran melakukan korupsi. Selain itu ditunjang pula oleh faktor mentalitas, sistem, pengawasan yang lemah, serta kesejahteraan. Karena itu, , pikiran melakukan korupsi harus dihentikan.
Untuk mengontrol pikiran itu, menurut Presiden, diperlukan hati yang bersih. Dengan hati yang bersih itu harus bisa menyatu dengan pikiran. Pendekatan ini dimulai melalui pengajaran secara dini melalui kurikulum dan metode pengajaran dalam pendidikan dan komitmen keagamaan.
Hal ini diutarakan oleh SBY saat bersilaturahmi dengan peserta Konferensi Pengembangan Kebijakan Pendidikan Antikorupsi di Universitas Islam Nasional (UIN) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) se-Indonesia, Selasa (29/8) di Istana Negara, Jakarta.
Presiden dalam acara tersebut juga menyampaikan penghargaannya terhadap perguruan tinggi yang terpanggil untuk bersama dengan pemerintah dan masyarakat mengajarkan sejak dini upaya pemberantaran korupsi.
"Pemerintah bersyukur apabila UIN dan IAIN dan perguruan tinggi lainnya terpanggil untuk bersama-sama pemerintah dan masyarakat mengajarkan sejak dini upaya untuk melawan korupsi di Indonesia, di antara nilai-nilai keislaman dan perilaku kejahatan korupsi yang ada," kata Presiden SBY.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh sejumlah rektor dan pimpinan UIN dan IAIN di seluruh Indonesia. Diakhir pertemuan itu, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra membacakan pernyataan bersama 15 rektor UIN dan IAIN untuk melawan korupsi.
"Untuk mengatasi atau menghancurkan tindakan korupsi, sekarang ini harus dilakukan perubahan pikiran secara drastis dan efektif, yaitu harus melalui revolusi kebudayaan, yakni melalui pendidikan," ujar Azyumardi tegas.
© Copyright 2024, All Rights Reserved