SEMUA statement Donald Trump di awal membuat dunia terkejut. Segera setelah dilantik Trump mengeluarkan pernyataan dengan level kontroversi top of the top. Dia mengatakan keluar dari WHO, dan tidak akan memajaki gaji lembur dan pengeluaran social security, termasuk kesehatan, pendidikan dan semua BPJS AS.
Lalu dia mengatakan akan mengakhiri konflik Ukraina-Rusia dan melanjutkan gencatan senjata di Gaza. Sejauh saya baca, terakhir Trump menugaskan Kennedy Junior untuk menginvestigasi vaksin dan mengusut tuntas kematian John F Kennedy.
Saya sebetulnya tidak kaget karena seluruh rencana AS di masa Trump dapat dipetakan secara mudah. AS pertama-tama harus memulihkan APBN Amerika Serikat yang sekarang jebol. Maka pengeluaran negara yang merupakan penipuan seperti pengeluaran untuk WHO harus dihentikan.
WHO dituduh menipu rakyat AS, sebanyak 40 persen anggaran WHO diberikan oleh pemerintah AS, namun menurut Trump dipakai menghancurkan AS.
Demikian juga rencana AS yang lain juga seluruhnya ditujukan untuk menghentikan penipuan APBN AS seperti termasuk isu LGBT. Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya hanya mengakui dua jenis kelamin, yakni laki-laki dan perempuan, karena banyak gender akan membahayakan anggaran AS dan melemahkan ekonomi dan industri AS.
Demikian juga dengan penghentian perang Rusia vs Ukraina serta perang Israel vs Palestina adalah dalam rangka menghemat belanja APBN AS. Selanjutnya AS akan menyadarkan pengeluaran besar untuk pembangunan pasca bencana alam yang tampaknya makin sering terjadi, untuk menggerakkan ekonominya kembali.
Setelah rampung dengan masalah APBN, selanjutnya Trump bergerak masuk pada langkah kedua AS, yakni memulihkan keuangan negara AS. Hal ini terlihat dari ketidaksetujuan Trump pada transisi energi. Hal ini adalah pokok masalah keuangan bagi rezim petrodollar The Federal Reserve.
Trump tetap ingin mengembalikan Dolar sebagai mata uang tunggal dalam perdagangan global. Dolar tidak boleh digantikan dengan Cryptocurrency atau digantikan atau disaingi oleh mata uang BRICS. Tentu saja transisi energi adalah ancaman bagi kekuasaan keuangan AS dan The Fed pasca kegagalan Central Bank Digital Currency (CBDC).
Sanksi perdagangan akan diterapkan kepada China, negara yang tidak mau menggunakan Dolar AS sebagai alat tukar. Menutup jalur perdagangan narkoba dan perdagangan ilegal lainnya yang merusak ekonomi dan keuangan AS. Trump mengampanyekan anti minuman keras, anti rokok, dan anti narkoba yang diketahuinya sebagai problem bagi Dolar.
Indonesia Bagaimana?
Kebijakan Amerika Serikat di bawah Trump pasti akan berdampak pada Indonesia. Terutama pada aliran investasi AS melalui Singapura mitra utama AS lainnya, dan perdagangan Indonesia dengan AS. Mengingat Indonesia telah mengambil posisi bergabung dengan BRICS dan akan membuat mata uang sendiri menandingi Dolar AS. Dampak berikutnya adalah ekspor Indonesia ke AS akan jadi masalah.
Indonesia berada dalam sikap yang berbeda soal WHO karena justru memberi bantuan kepada WHO untuk program kesehatan Indonesia dan vaksinasi. Indonesia juga akan menutup pembangkit batubara untuk komitmen transisi energi 2060.
Indonesia berada pada jalur energi mahal terutama BBM solar dengan program sawitisasi solar, sementara Trump AS akan memangkas harga BBM hingga 50 persen dari harga sekarang untuk meningkatkan daya saing mereka.
Namun dampak negatif kebijakan AS dapat kita abaikan. Bagian terakhir statement Donald Trump yang akan menginvestigasi kematian John F Kennedy adalah berita sangat besar bagi Indonesia. Investigasi adalah pintu masuk.
Selanjutnya ini adalah berita tentang tatanan pengembalian harta amanah Indonesia yang digunakan secara manipulatif oleh elite global. Green Hilton Memorial Agreement kesepakatan yang jatuh tempo dan semua aset dikembalikan ke Indonesia.
Untuk membangun Indonesia dan mungkin untuk penyerahan tanggung jawab kepada Indonesia untuk membangun kembali Jalur Gaza Palestina seperti yang dikatakan Trump. Wallahu alam.
*Penulis adalah Direktur Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)
© Copyright 2025, All Rights Reserved