India mulai melirik industri pertambangan di Indonesia. Berkembangnya industri pertambangan di Tanah Air membuat negara itu menjalin kerjasama bisnis yang berkaitan dengan perusahaan tambang galena (timah hitam) di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebuah perusahaan di India, yaitu PT. Sram & Mram bekerjasama dengan PT. Arta Sumba.
Presiden Direktur perusahaan India tersebut, Hiranandani mengatakan dalam kerjasama ini, pihaknya sebagai finance advisor dan arranger, akan memfasilitasi investor untuk berinvestasi di PT. Arta Sumba. Karena perusahaan tambang galena ini mencari investor yang bersedia menanamkan dananya sejumlah US$100 juta.
"Dalam kesepakatan itu, kami sangat optimis selama kurang dari 6 bulan, kami bisa mengumpulkan dana hingga US$100 juta dari para investor," katanya kepada politikindonesia.com usai menandatangani perjanjian kerjasama tersebut di Jakarta, Rabu (15/03).
Diakui, keberhasilan kerjasama ini tidak lepas kerja keras kedua belah pihak yang saling menyakinkan akan kesepakatan dalam kerjasama tersebut. Bahkan, dalam kerjasama ini, kedua pemegang saham di perusahaan masing-masing ini memastikan kelancaran proses kerja sama tersebut.
"Karena kami juga sangat yakin kalau bisnis pertambangan ini akan sangat menguntungkan. Apalagi, gelana merupakan hasil tambang yang sangat dibutuhkan di hampir semua pabrik di dunia. Karena batuan gelana sangat dibutuhkan untuk membuat logam timah (Pb)," ujarnya.
Dipaparkan, saat ini Pb adalah salah satu jenis logam yang banyak dibutuhkan, hampir 75 persen industri memerlukan Pb untuk pembuatan baterai dan eletroda aki. Karena galena memiliki sifat yang anti korosi dan mampu menahan radiasi dan sisanya untuk produk-produk plumbing dan minyak, pelapis pada ruangan rontgen serta reaktor nuklir.
"Kami pun merasa bangga bisa ikut serta menjadi bagian dalam kerjasama ini. Prakarsa ini akan menunjang pembangunan ekonomi jangka panjang, tidak hanya untuk Pulau Sumba, tapi juga bagi seluruh wilayah Indonesia Timur," ucapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT. Arta Sumba, Umbu Yadar menambahkan, mineral galena banyak tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Sebelum tahun 2009, galena asal Indonesia banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industri luar negeri terutama ke Tiongkok. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara yang mengatur ekspor bahan baku mineral, menyebabkan para eksportir tidak dapat lagi mengirim langsung dalam bentuk batuan/mineral ke luar negeri.
"Untuk mengekspornya, para eksportir harus mengelola setidaknya menjadi bullion (batangan). Sehingga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah sumber bahan baku galena," tutupnya.India Jajaki Bisnis Pertambangan
India mulai melirik industri pertambangan di Indonesia. Berkembangnya industri pertambangan di Tanah Air membuat negara itu menjalin kerjasama bisnis yang berkaitan dengan perusahaan tambang galena di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebuah perusahaan di India, yaitu PT. Sram & Mram bekerjasama dengan PT. Arta Sumba
Presiden Direktur perusahaan India tersebut, Hiranandani mengatakan dalam kerjasama ini, pihaknya sebagai finance advisor dan arranger, akan memfasilitasi investor untuk berinvestasi di PT. Arta Sumba. Karena perusahaan tambang galena ini mencari investor yang bersedia menanamkan dananya sejumlah USD100 juta.
"Dalam kesepakatan itu, kami sangat optimis selama kurang dari 6 bulan, kami bisa mengumpulkan dana hingga USD100 juta dari para investor," katanya kepada politikindonesia.com usai menandatangani perjanjian kerjasama tersebut di Jakarta, Rabu (15/03).
Diakui, keberhasilan kerjasama ini tidak lepas kerja keras kedua belah pihak yang saling menyakinkan akan kesepakatan dalam kerjasama tersebut. Bahkan, dalam kerjasama ini, kedua pemegang saham di perusahaan masing-masing ini memastikan kelancaran proses kerja sama tersebut.
"Karena kami juga sangat yakin kalau bisnis pertambangan ini akan sangat menguntungkan. Apalagi, gelana merupakan hasil tambang yang sangat dibutuhkan di hampir semua pabrik di dunia. Karena batuan gelana sangat dibutuhkan untuk membuat logam timah (Pb)," ujarnya.
Dipaparkan, saat ini Pb adalah salah satu jenis logam yang banyak dibutuhkan, hampir 75 persen industri memerlukan Pb untuk pembuatan baterai dan eletroda aki. Karena galena memiliki sifat yang anti korosi dan mampu menahan radiasi dan sisanya untuk produk-produk plumbing dan minyak, pelapis pada ruangan rontgen serta reaktor nuklir.
"Kami pun merasa bangga bisa ikut serta menjadi bagian dalam kerjasama ini. Prakarsa ini akan menunjang pembangunan ekonomi jangka panjang, tidak hanya untuk Pulau Sumba, tapi juga bagi seluruh wilayah Indonesia Timur," ucapnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT. Arta Sumba, Umbu Yadar menambahkan, mineral galena banyak tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Sebelum tahun 2009, galena asal Indonesia banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan industri luar negeri terutama ke Tiongkok. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang No 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara yang mengatur ekspor bahan baku mineral, menyebabkan para eksportir tidak dapat lagi mengirim langsung dalam bentuk batuan/mineral ke luar negeri.
"Untuk mengekspornya, para eksportir harus mengelola setidaknya menjadi bullion (batangan). Sehingga memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah sumber bahan baku galena," tutupnya.
© Copyright 2025, All Rights Reserved